Kenapa Kelompok Pendukung Ibu itu penting ?
Perubahan perilaku secara umum dipengaruhi oleh banyak faktor. Pengetahuan saja tidak cukup untuk membantu seseorang menerapkan perilaku yang baru. Karena itulah, penyuluhan atau pemberian informasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan sudah banyak dilakukan, namun tidak diikuti dengan perubahan perilaku yang bermakna.
Fakta menunjukkan bahwa orang dewasa belajar jika ia merasa butuh informasi baru sesuai dengan keadaannya saat ini dan cenderung belajar dari pengalaman orang lain. Suasana belajar yang aktif dan nyaman, yang memungkinkan dia untuk merasa leluasa mengutarakan pendapat dan perasannya. Prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa ini ini didapatkan lewat mekanisme dukungan kelompok sebaya (peer support). Dukungan sebaya dari orang-orang dengan pengalaman yang sama telah terbukti membantu banyak orang mengatasi situasi yang sulit (Reissman, 1989, Robert & Rappaport, 1999).
Orang-orang dengan situasi dan pengalaman yang sama cenderung lebih baik dalam berempati dan memberikan informasi atau saran yang relevan dengan situasi tersebut. Mekanisme dukungan sebaya terjadi ketika orang berbagi pengalaman, perasaan, pengetahuan, dan bantuan praktis untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Demikian juga halnya dengan para ibu, khususnya yang baru menjadi ibu, mereka sangat membutuhkan dukungan dan dorongan dari pihak lain, terkait perannya sebagai seorang ibu. Seorang ibu membutuhkan keterampilan dan dukungan berupa kepercayaan. Biasanya para ibu akan belajar dari pengalaman orang tuanya, namun tidak semua kondisi memungkinkan semua ibu bisa berhubungan secara langsung dengan frekuensi yang sering dengan orang tua mereka.
Para ibu ini bisa mendapatkan dukungan dari orang-orang yang sebaya dengannya, dalam artian dari orang-orang yang sedang mengalami situasi yang sama. Seorang ibu juga membutuhkan penghargaan, dan pengakuan terhadap perasaannya. Suasana saling mendukung lebih mudah terbangun dalam kelompok sebaya, dimana anggotanya mempunyai pengalaman dan situasi lingkungan yang sama.
Mengacu ke informasi diatas, mekanisme dukungan sebaya dapat diterapkan ke berbagai isu, misalnya isu tentang perawatan kesehatan ibu dan anak, isu HIV-AIDS, isu kecanduan alkohol, dan isu-isu lainnya. Terkait kesehatan ibu dan anak, Konseling Laktasi di fasilitas kesehatan dan Kelompok Pendukung Ibu (KP-Ibu) di masyarakat telah terbukti efektif untuk meningkatkan durasi pemberian ASI Eksklusif berdasarkan hasil analisis gabungan 34 hasil percobaan ilmiah di 14 negara yang melibatkan 29.385 pasang ibu-bayi (Cochrane Review 2008).
Ruang Lingkup Kegiatan Kelompok Pendukung Ibu
Saat ini ruang lingkup KP Ibu terus berkembang, baik dari segi cakupan geografis maupun topik-topik diskusinya. KP-Ibu sebagai model untuk penanggulangan penurunan praktek pemberian ASI di masyarakat juga membantu meningkatkan kepercayaan diri dan kapasitas motivator mengenai pengetahuan laktasi serta keterampilan memfasilitasi diskusi KP-Ibu. Dari segi topik diskusi, KP Ibu mencakup praktek-praktek kesehatan dan gizi ibu selama hamil dan pasca kelahiran, bayi baru lahir dan anak di bawah usia 2 tahun serta penanganan anak sakit di tingkat rumah tangga. Dengan ketrampilan yang dimiliki oleh motivator menjadikan motivator sebagai link/penghubung ke fasilitas kesehatan setempat, dan juga sebagai source person/tempat bertanya bagi ibu-ibu lainnya di wilayah setempat.
Berdasarkan hasil evaluasi pertengahan tahun 2013 yang dilakukan oleh Mercy Corps Indonesia di Jakarta Barat ditemukan perkembangan yang sangat menggembirakan seperti: Persentase bayi yang mendapatkan ASI satu jam setelah lahir meningkat dari 23,3 % menjadi 59,0 % di wilayah intervensi. Persentase bayi 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif dalam kurun waktu 24 jam meningkat dari 13,1 % menjadi 58,3 %. Persentase balita usia 0-24 bulan yang tidak mendapatkan makanan atau cairan tambahan selain ASI setelah tiga hari kelahiran meningkat dari 47 % menjadi 60,2 %.
Kegiatan KP Ibu di salah satu rumah warga di Kelurahan Tegal Alur,
Kecamatan Kalideres Jakarta Barat
Kecamatan Kalideres Jakarta Barat
Fungsi Kelompok Pendukung Ibu ?
Menyusui adalah cara yang alami dan normal untuk memberikan makanan yang terbaik buat bayi. Mengawali dengan benar adalah cara agar praktek pemberian makan bayi dan anak dapat memberikan hasil yang optimal. Menyusui seharusnya merupakan pengalaman yang menyenangkan untuk ibu dan bayi, tapi bagi sebagian ibu, menyusui merupakan bencana. Mulai dari terbatasnya pengetahuan dan informasi tentang menyusui, problematika payudara, kepercayaan dan adat istiadat di masyarakat, ibu stress, pemasaran susu formula yang membuat kegiatan menyusui menjadi sulit, bahkan tidak mungkin untuk sebagian ibu dan bayi. Pemberian susu formula menjadi hal yang biasa. Dan ini membuat ibu kehilangan rasa percaya diri saat menyusui, kadang ibu tersebut juga menyalahkan diri mereka sendiri.
Menyusui tidak hanya melelahkan secara fisik, tetapi juga secara emosional. Apalagi diawal menyusui ibu menghadapi banyak kendala seperti ASI tidak keluar bahkan sampai baby blues. Dukungan lebih lanjut diperlukan untuk membantu seorang ibu mengatasi keraguan dalam hal menyusui. Menciptakan suasana positif adalah hal pertama yang bisa dilakukan oleh orang-orang disekitar ibu untuk mensukseskan menyusui, tentu harapan seorang ibu adalah mereka bisa menyusui bayi mereka lebih lama.
Selain itu dukungan dari teman sebaya, ibu ke ibu biasanya bisa menentramkan hati. Ibu dengan mudahnya bisa menceritakan permasalahannya jika sudah timbul rasa saling percaya. Pada saat munculnya rasa kepedulian, keinginan berbagi pengalaman, perasaan dan pengalaman antar ibu maka saat itulah Kelompok Pendukung Ibu bisa berfungsi dengan maksimal yang bisa meningkatkan dukungan sosial dan meningkatkan kepercayaan diri si ibu.
Menyusui adalah cara yang alami dan normal untuk memberikan makanan yang terbaik buat bayi. Mengawali dengan benar adalah cara agar praktek pemberian makan bayi dan anak dapat memberikan hasil yang optimal. Menyusui seharusnya merupakan pengalaman yang menyenangkan untuk ibu dan bayi, tapi bagi sebagian ibu, menyusui merupakan bencana. Mulai dari terbatasnya pengetahuan dan informasi tentang menyusui, problematika payudara, kepercayaan dan adat istiadat di masyarakat, ibu stress, pemasaran susu formula yang membuat kegiatan menyusui menjadi sulit, bahkan tidak mungkin untuk sebagian ibu dan bayi. Pemberian susu formula menjadi hal yang biasa. Dan ini membuat ibu kehilangan rasa percaya diri saat menyusui, kadang ibu tersebut juga menyalahkan diri mereka sendiri.
Menyusui tidak hanya melelahkan secara fisik, tetapi juga secara emosional. Apalagi diawal menyusui ibu menghadapi banyak kendala seperti ASI tidak keluar bahkan sampai baby blues. Dukungan lebih lanjut diperlukan untuk membantu seorang ibu mengatasi keraguan dalam hal menyusui. Menciptakan suasana positif adalah hal pertama yang bisa dilakukan oleh orang-orang disekitar ibu untuk mensukseskan menyusui, tentu harapan seorang ibu adalah mereka bisa menyusui bayi mereka lebih lama.
Selain itu dukungan dari teman sebaya, ibu ke ibu biasanya bisa menentramkan hati. Ibu dengan mudahnya bisa menceritakan permasalahannya jika sudah timbul rasa saling percaya. Pada saat munculnya rasa kepedulian, keinginan berbagi pengalaman, perasaan dan pengalaman antar ibu maka saat itulah Kelompok Pendukung Ibu bisa berfungsi dengan maksimal yang bisa meningkatkan dukungan sosial dan meningkatkan kepercayaan diri si ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar